BUKU berjudul Republik Komedi ½ Presiden menyoroti kejanggalan-kejanggalan dalam pemerintahan yang masuk bulan ketujuh. Jika diibaratkan orang mau melahirkan, harusnya sudah matang. Yang paling kentara, partai-partai pendukung pemerintahan bertindak seperti oposisi, sedangkan parpol yang menjadi oposisi malah menjadi pendukung.
Banyak hal yang tidak sesuai, bahkan terkesan lucu. Perbedaan presiden dan wakil presiden di permukaan sangat tampak kentara. Misalnya, soal reshuffle kabinet, keduanya terlibat dalam perbedaan yang mencolok, soal Novel Baswedan juga. Bangsa ini akan dibawa ke mana jika tidak adanyakesamaan visi antara pemimpin.
Dirilis di Jakarta, Minggu 10 Mei 2015, buku ini menyinggung soal banyaknya keluhan yang makin menyeruak ke permukaan, utamanya dari dunia usaha. Sumber ketidakpastian tersebut, berasal dari Kabinet Kerja yang kerjanya hanya bikin heboh saja, perilakunya tidak bisa jadi panutan. Ini bukan Kabinet Kerja, tetapi ‘kabinet heboh’. Sejak awal pemerintahan muncul kehebohan dari perilaku menteri wanita yang merokok di depan umum.
Dalam konteks moral di negeri ini, wanita merokok di depan umum masih sangat tabu. Lalu ada menteri yang bikin heboh dengan melompat pagar, menteri yang mengeluarkan keputusan tentang PPP dan Golkar seenaknya saja. Ada menteri yang melarang rapat di hotel. Menteri melarang menjual bir. Tujuan dari kebijakannya sebetulnya baik, tetapi yang diburu pencitraan saja, sehingga terkesan tidak substansial. (Beritasatu.com, “Bambang Soesatyo Luncurkan Buku Republik Komedi ½ Presiden”, Minggu 10 Mei 2015)